.....Thanks for Visit....Thanks for Visit....Thanks for Visit....Thanks for Visit....

Monday, November 28, 2011

Dibalik Tears in Heaven

OK, tengah malam, sendirian di kamar, dan memutar lagu tua Tears in Heaven - Eric Clapton mungkin adalah pilihan yang tepat untuk sekedar menulis artikel di blog. Saya kesepian, sepi sekali rasanya.. mungkin menulis adalah obat untuk mengusir rasa ini. Oh, tidak! Saya mulai galau lagi. Hahaha.

Tenang, saya tidak akan membahas kegalauan saya, saya justru akan membahas cerita dibalik lagu pengantar tidur saya ini.

Tentang Eric Clapton

Lahir pada tahun 1945, merupakan seorang gitaris, penyanyi, dan juga penulis lagu asal Replay, Inggris. Ia mulai bermain gitar pada usia 17 tahun dan tergabung dalam beberapa band music.

Pada tahun 1993, Clapton memenangkan 6 penghargaan dari Grammy Award, dimana Tears in Heaven memenangkan tiga penghargaan untuk lagu terbaik, rekaman terbaik dan penyanyi pria terbaik. Lagu ini juga membantu menaikan penjualan album "Unplugged" sehingga menjadi album terlaris Clapton sepanjang sejarah bermusiknya.


Tentang Tears in Heaven

Bagi kebanyakan orang yang pernah mendengar lagu ini pasti berpikir sama seperti saya. Lagu ini berisi kesedihan, kehilangan, duka-cita dll. Ya, itu memang benar adanya.

Tahun 1990 mungkin menjadi tahun yang berat bagi Clapton. Manager dan 2 roadie-nya (roadie = penanggung jawab peralatan music untuk tur grup musik dll) tewas dalam sebuah kecelakaan helicopter dan tujuh bulan kemudian disusul dengan kematian putranya, Conor Clapton, yang baru berumur 4 tahun.



Conor meninggal karena terjatuh dari jendela lantai 53 apartemen di New York. Entah itu murni kecelakaan atau sengaja bunuh diri, saya juga tidak begitu tahu. Ada salah satu teman saya bilang bahwa anak itu memang sengaja menjatuhkan diri setelah melihat ayahnya yang sedang mabuk. Namun terlepas dari benar tidaknya hal itu, kematian Conor jelas menjadi kesedihan mendalam bagi Eric Clapton.

Selama 9 bulan Eric diselimuti rasa duka yang mendalam dan ia tidak berkeinginan untuk tampil. Ketika dia kembali ke atas panggung, musiknya telah berubah menjadi lebih lembut, lebih kuat, dan lebih reflective dan Tears in Heaven adalah caranya untuk mengenang Conor.

Coba saja dengarkan liriknya

Writer: CLAPTON, ERIC PATRICK / JENNINGS, WILL

Would you know my name
If I saw you in heaven?
Would you feel the same
If I saw you in heaven?
I must be strong and carry on
'Cause I know I don't belong here in heaven

Would you hold my hand
If I saw you in heaven?
Would you help me stand
If I saw you in heaven?
I'll find my way through night and day
'Cause I know I just can't stay here in heaven

Time can bring you down, time can bend your knees
Time can break your heart, have you begging please, begging please

Beyond the door there's peace I'm sure
And I know there'll be no more tears in heaven

Would you know my name
If I saw you in heaven?
Would you feel the same
If I saw you in heaven?
I must be strong and carry on
Cause I know I don't belong here in heaven

Sedih sekali yaaaa….

So, pasti sekarang sudah tahulah mengapa sampai saat ini lagu ini juga masih sering diputar di televisi, terlebih untuk backsound liputan berita duka seperti kematian Adjie Massaid, pembalap Dan Wheldon maupun Marco Simoncelli beberapa waktu lalu…?

Ya… lagu yang bercerita tentang rasa duka dan kehilangan yang mendalam… :'(