.....Thanks for Visit....Thanks for Visit....Thanks for Visit....Thanks for Visit....

Thursday, December 24, 2009

Catatan Bulan Desember


Ah, Desember. Bulan yang selalu menjadi penghujung tahun. Tidak terasa tahun ini hampir berakhir. Hari ini tanggal 24, besok tanggal 25, kemudian tanggal berikutnya, berikutnya, dan berikutnya sampai tahun baru masehi menjelang.

Tanggal 24 malam. Dua jam lagi tanggal 25. Yah sudah bisa ditebak, ini sekitar jam 10 malam, dan aku belum mengantuk, jadi aku mengisi waktuku ini untuk menulis saja, sebelum belajar, sambil memutar lagu milik Bryan Adam- I’ll always be right here. Aha, aku suka menulis sambil mendegarkan lagu seperti ini,dengan begini aku memperpanjang malamku dan kau tahu? Hal-hal yang sebelumnya tidak ingin kutulis, atau yang belum terpikirkan untuk ditulis bisa saja akhirnya ada dalam tulisanku.

Tanggal 25 Desember, hari libur. Ya jelas lah, hari besar agama. Lebih tepatnya Natal. Aku memang seorang muslim, tapi tidak ada salahnya bila aku membahas tentang hal ini kan. Maaf sebelumnya, bukan aku ingin menyinggung siapapun dalam tulisan ini, aku hanya ingin mengutarakan apa yang ada dalam pikiranku sekarang.

Aku yakin pasti saudara-saudaraku juga belum tidur. Perbedaannya adalah bukan mereka menghabiskan waktu menulis seperti aku ini, tapi mereka memang sedang menjalankan ibadahnya. Saudara-saudaraku malam ini pasti ke gereja dan keesokan harinya juga akan kembali lagi ke sana.

Keluarga dari ayahku memang beraneka ragam. Ada yang Islam termasuk ayahku,ada yang Katholik. Ada yang Jawa, ada juga yang China. Majemuk memang, namun aku tidak pernah menganggapnya sebagai penghalang hubungan keluarga ( mungkin istilah lainnya adalah slaturahmi ). Dari kecil aku sudah terbiasa dengan perbedaan dan menganggapnmya sebagai hal yang wajar. Seperti yang diajarkan di mata pelajaran PPKN dulu; kerukunan antar umat beragama.

Jika mengingat tahun-tahun sebelumnya, aku jadi mengingat salah satu saudaraku, mbak Siska. Aku sangat dekat dengannya karena dia satu-satunya saudaraku yang umurnya tidak begitu jauh denganku dan yang tinggal di Klaten. Kebanyakan keluarga dari ayahku sudah tidak tinggal di Klaten lagi. Mereka pulang ke Klaten pada saat hari-hari besar, libur panjang, atau karena hal tertentu misalnya ada acara keluarga. Dari sebelas anak kakek-nenekku hanya tiga keluarga yang menetap di kota itu, salah satunya adalah ayahku dan budeku ( bude : bibi). Budeku memiliki dua orang anak dan anak terakhirnya hanya lebih tua 3 tahun dariku. Tiga tahun bukan perbedaan usia yang signifikan kan. Maka dari itu aku nyaman bermain dengan saudaraku itu.

Aku ingat dulu waktu masih kecil, aku sangat akrab dengannya . Apalagi saat kami duduk di taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Rumah kami hanya berjarak kurang lebih lima puluh meter, jadi 4 menit jalan kaki saja mungkin sudah sampai. Aku sering bermain ke rumahnya. Sering sekali, dan lama pula. Bisa sejam, dua jam, tiga jam, atau kadang malah sampai menginap kalau hari berikutnya adalah hari libur, malam minggu misalnya. Hahaha, dasar anak kecil, maunya bermain terus.

Jika aku tidur di tempat saudaraku itu pada Sabtu malam, Minggu paginya dia pasti sudah bangun awal sekali. Ya sekitar jam subuh. Dia mandi dan mengenakan pakaian-pakaian terbaiknya dan membawa sebuah buku kecil berwarna hitam yang agak tebal - yang biasa ia sebut sebagai alkitab- dan bersiap untuk beribadah, pergi ke gereja bersama ayah-ibunya, kalau sudah begitu aku akan pulang ke rumah. Namun intinya di sini adalah kalau saudaraku yang pada saat masih sekecil itu saja bisa setaat itu, mengapa dulu aku tidak belajar darinya mengenai ketaatan itu dengan keyakinanku sendiri yang aku anut.

Pada saat aku kecil, aku bangun pagi sebelum sekolah, tetapi kadang tidak cukup pagi untuk mengerjakan shalat Subuh. Bisa jam 6, bisa lebih, padahal ibuku sudah membangunkanku subuh, memang pada dasarnya aku bandel , jadi aku bilang “ iya iya bu, nih aku sudah bangun”, kemudian tidur lagi dan bisa 30menit-1 jam kemudian baru bangun lagi. Sangat tidak konsisten ya. Shalat subuhnya jadi telat. Ini bisa dijadikan bahan renunganku sekarang. Sebaiknya lah aku belajar untuk menjadi lebih baik.

Aku belum bisa setaat saudaraku itu. Kau tahu?Aku pernah beberapa kali melihatnya sebelum ia tidur, ia mematikan lampu yang ada di kamarnya. Semuanya gelap. Pertama aku pikir, untuk apa ia melakukannya. Apa dia penggemar kegelapan ya? Hahaha. Ternyata aku salah karena pada saat itu aku melihat dia menyalakan dua buah lilin kemudian duduk didepan lilin-lilin itu sambil membawa benda seperti kalung yang ada tanda silang di ujungnya . Dia mengucapkan kalimat tertentu di setiap butiran yang merangkai benda yang seperti kalung itu . Kemudian aku melihatnya memejamkan mata , merapatkan kesepuluh jarinya,dan berdoa. Lama dan serius sekali.


Ah, Sedangkan aku? Aku tidak peduli. Anak kecil seperti aku ini tidak menghiraukannya , langsung tidur saja. Ehm, hal yang bisa direnungkan waktu itu, kenapa aku tidak menirunya? Kenapa pada tengah malam itu aku tidak mengambil wudhu kemudian menjalankan shalat sunnah. Arrgh, pikiranku belum sampai ke situ mungkin, atau itu hanya alasanku untuk melanjutkan tidurku? Hahahaha.

Begitu juga dia menghormatiku. Jika bulan Ramadhan tiba, dan jika aku sedang bermain di rumahnya, pada saat jam sahur budeku akan membangunkanku dan menyediakan makan sahur untukku. Dan saudaraku itu bisa juga jadi ikut sahur karena melihatku makan. Hihihi

Kini kami tumbuh besar. Kami sudah tidak seakrab dulu lagi. Kira-kira mulai SMP. SMP saja kami kadang masih bermain bersama, tapi sudah tidak sesering dulu lagi. Sampai sekarang kami menjadi semakin jarang saja pergi bersama. Sudah memiliki teman sendiri-sendiri, dan dua-duanya terlalu asik dengan kegiatan kami sendiri. Jadi jarang bertemu, apalagi sudah tinggal di tempat yang berbeda, aku di Bintaro dan dia di Jogja.

Oh ya kembali ke 25 Desember. Dia pasti sedang merayakan hari besar agamanya, dan yang pasti juga ia menghias pohon cemara mini yang terbuat dari plastic yang ada di rumahnya. Pohon itu digantungi dengan bola-bola kecil , benda-benda kecil lainnya yang berkilau dan beberapa lampu kecil beraneka warna yang bisa berkelap-kelip . Seperti Desember tahun-tahun sebelumnya.

Hmm, Ini adalah tahun ketiganya merayakan Natal tanpa seorang ibu. Budeku meninggal April 2007 silam. Dan sepertinya dia harus terbiasa dengan hal itu untuk Natal tahun-tahun berikutnya.

Yah begitulah, sekian dulu ya, kapan-kapan aku akan menulis lagi.

No comments:

Post a Comment